XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Kamis, 31 Mei 2012

GERIMIS MENGUNDANG : Nothing Extra-romance From “Serumpun” Couple

Quotes:
Zamani: Saya ingin kenali kamu. Saya ingin kenali kamu lebih dalam lagi.
 
Nice-to-know:
Film yang diproduksi oleh Erama Creative Sdn Bhd. bersama WannaB Pictures ini gala premierenya dilangsungkan di Epicentrum XXI pada tanggal 31 Mei 2012.

Cast:
Kamal Adli sebagai Zamani
Olivia Jensen sebagai Mikha
Ag. Karim Kadir
Denny Martin
Dg. Hasnah Ibrahim
Dhitra Marfie
Ebby Cornelis
Felix Agus
Henny Yuliani

Director:
Merupakan film ke-20 bagi Ahmad Idham Ahmad Nadzri yang juga terkenal sebagai pelakon ini.

W For Words:
Masih ingat dengan hit Melayu “Gerimis Mengundang” dari band asal Malaysia, Slam di awal tahun 90an? Lagu yang merajai tangga lagu manapun di Indonesia pada waktu itu kali ini diangkat kembali sebagai judul film kolaborasi Indonesia-Malaysia terbaru yang menampilkan duet Kamal Adli dan Olivia Jensen sebagai pasangan kekasih. Sutradara Ahmad Idham Ahmad Nadzri yang sudah sangat berpengalaman menyutradarai puluhan film negeri jiran tersebut pun ditunjuk sebagai eksekutor skrip karya Azwan Annuar.

Kala ikut ayahnya dalam misi dinas di Sabah, Mikha berjumpa pilot helikopter, Zamani. Pertengkaran yang awalnya mewarnai pertemuan keduanya perlahan mencair setelah Zamani berhasil mengejar pencopet yang melarikan tas Mikha. Kedekatan mereka mulai terusik ketika ayah Mikha meninggal saat   perjalanan pulang. Mikha yang sedih dan menyalahkan Zamani yang dinilainya tidak berperasaan tersebut berbalik bersimpati begitu mengetahui pria keras kepala itu sudah ditinggal mati kedua orangtuanya sejak kecil. Akankah kisah mereka yang berjarak jauh itu akan berakhir bahagia?

Saya bersyukur hubungan Zamani dan Mikha tidak terasa dibuat-buat, mengalir secara wajar terlepas dari hal-hal klise yang terbangun sebagai pondasinya. Ya, bagaimana keduanya bertemu saling curi pandang, bersikap sinis tidak mau mengakui ketertarikan satu sama lain, berbaikan untuk sama-sama membuka hati sebelum berserah pada takdir akan kelanjutan hubungan masing-masing. Formula yang tidak sulit diterka untuk model percintaan dalam sebuah film.
 
Sutradara Ahmad Nadzri memang tidak melakukan sesuatu yang istimewa dalam penyajiannya. Namun lokasi syuting yang mencakup Likas Bay, Sutera Harbour Resort, Filipino market, Mari-Mari Cultural Village, Pulau Manukan sampai Kundasang highlands di Sabah patut diacungi jempol karena berhasil menghadirkan suasana yang berbeda dari biasanya. Penggunaan helikopter di beberapa adegannya turut memperkuat production value tersendiri walaupun tidak terlalu detail penggambarannya.

Gerimis Mengundang yang rencana awalnya diputar untuk menyambut Hari Kasih Sayang periode lalu ini memang bukan film yang memorable, entah dengan versi teater musikalnya yang konon menggandeng Singapura selain dua negara yang disebutkan di atas. Anda cukup menikmati pertukaran dialog romantis antara Kamal dan Olivia yang memang sama-sama camera-face itu, berusaha untuk larut dalam nuansa bahagia dan sedih yang silih berganti dikedepankan demi mengundang simpati. What you see is what you get, do not expect something “extra-romance” from "serumpun" couple other than this.

Durasi:
103 menit

Overall:
6.5 out of 10

Movie-meter:
:

Rabu, 30 Mei 2012

HEADHUNTERS : Get Manipulated With Energetic Plot And Layered Twists

Original title:
Hodejegerne

Nice-to-know:
Sebelum rilis di negara asalnya, film ini berhasil dijual kepada lebih dari 50 negara sekaligus rekor terbanyak bagi film Norwegia manapun juga.

Cast:
Aksel Hennie sebagai Roger Brown
Nikolaj Coster-Waldau sebagai Clas Greve
Synnøve Macody Lund sebagai Diana Brown
Eivind Sander sebagai Ove Kjikerud
Julie R. Ølgaard sebagai Lotte


Director:
Merupakan feature film ketiga bagi Morten Tyldum setelah terakhir Fallen Angels (2008).

W For Words:
Jarang sekali sebuah film produksi Norwegia bisa diputar di bioskop kita selain pada ajang tahunan iNAFFF yang biasanya diselenggarakan di Blitzmegaplex. Kali ini saya katakan cukup beruntung film yang diangkat dari novel laris karya Jo Nesbo ini tayang bersamaan dengan negara lainnya. Pasalnya Summit Entertainment sudah membeli hak remake nya dalam versi Hollywood bahkan sebelum perilisannya. Tentu hal tersebut merupakan sebuah jaminan yang dapat anda pegang akan kualitasnya Please trust on that like I did previously.

Bekerja sebagai eksekutif pencari tenaga kerja terkemuka di Norwegia tidak membuat Roger Brown merasa cukup. Gaya hidupnya yang tinggi membuatnya memiliki pekerjaan sampingan sebagai pencuri barang seni bertandem dengan rekannya yang juga ahli senjata, Ove Kjikerud. Modus keduanya adalah mengganti lukisan asli dengan yang palsu. Kecurigaan mulai muncul saat istri Roger, Diana Brown yang juga pemilik galeri mewah tampak dekat dengan pebisnis Clas Greve yang juga baru pensiun dari perusahaan nano teknologi yang bekerjasama dengan pihak militer. Rivalitas tak sehat pun terbangun!

Sutradara Tyldum menggunakan tempo yang tepat dalam mengeksekusi ide ceritanya. Tidak lambat dalam menjelaskan detil penokohan karakter-karakternya tapi juga tidak cepat dalam  menerangkan kompleksitas situasi yang berjalan intens dari waktu ke waktu. Plot yang demikian variatif menjadikan arahnya sulit ditebak dimana serangkaian twists dan turns akan mencengangkan anda terlepas dari logika yang mungkin tidak terjelaskan 100% jika ditelaah secara jeli. Lagipula tidak ada waktu tersisa bagi anda untuk berpikir sejauh itu karena turut disibukkan dengan scoring music yang memacu adrenalin. 

Dua karakter utama yang saling berseberangan yakni Roger Brown dan Clas Greve sama-sama berotak cerdas dan mampu beradaptasi dengan cepat. Saya tidak ingat film terakhir yang menampilkan tokoh pemburu dan yang diburu memiliki kelas yang sama. Hennie menghidupkan Roger dengan elegan, arogansi dan materialistis. Meskipun tergolong criminal, penonton tetap akan bersimpati padanya. Coster-Waldau menjiwai Clas dengan karismatik, berdarah dingin dan penuh perhitungan. Tipikal bad ass guy yang tidak pernah anda harapkan untuk menang.
 
Skrip yang dikembangkan oleh Lars Gudmestad, Ulf Ryberg bersama pengarang novel itu sendiri tak cuma menawarkan aksi tegang tetapi juga menyisipkan komedi hitam yang membuat anda tetap terjaga mengikuti serentetan kejar-kejaran ala cat and mouse game. Perasaan tegang, kaget, miris bahkan jijik akan mengalir spontan tanpa perlu saya sebutkan satu persatu agar tidak kehilangan unsur kejutannya. Semakin sedikit anda ketahui maka akan semakin excited dalam menyaksikannya.

Headhunters nyaris sempurna sebagai thriller mumpuni. Semua elemen yang anda harapkan akan ditemukan disini. Jika anda merasa dimanipulasi di sepanjang durasinya itu artinya Tyldum berhasil menyuguhkan kejutan demi kejutan yang menyenangkan. Mengingat semua itu terjadi tanpa spesial efek ataupun pemeran pengganti berlebihan, maka plotnya patut diapresiasi secara tinggi. It’s energetic bloody adult fun with many interesting twists and turns that keep you guessing along the way. Try to define head hunters and headhunters first, you’ll get that in this movie. Clever!

Durasi:
100 menit

U.S. Box Office:
$ $605,794 till May 2012

Overall:
8 out of 10

Movie-meter:


Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent

Selasa, 29 Mei 2012

CABIN IN THE WOODS

Bagi anda yang mendambakan pemutaran segera film horor thriller "The Cabin In The Woods" yang disutradarai oleh Drew Goddard dan dibintangi oleh Kristen Connolly, Chris Hemsworth dan Anna Hutchison di bioskop-bioskop terdekat, mohon isi data diri melalui form berikut:

https://docs.google.com/spreadsheet/viewform?formkey=dF8ycXduWGJ2LUVuTm1sSDJkRGl0NkE6MQ

Ketentuan:
1. Data valid adanya, kerahasiaan data terjamin.
2. Satu orang boleh mengisi data teman-temannya atas persetujuan yang bersangkutan.
3. Batas waktu submit periode pertama adalah 10 Juni 2012 sebelum kami teruskan kepada perwakilan pihak 21 Cineplex.

Sekadar catatan, petisi ini bersifat masukan, bukan tuntutan. Persetujuan akhir akan sepenuhnya menjadi keputusan pihak 21 Cineplex.

Terima kasih.

Sabtu, 26 Mei 2012

MEN IN BLACK 3 : Emotional Ending Defies The Neuralyzer Effect


Quotes:
Agent K: There are things out there you don't need to know about.
Agent J: That's not the lie you told me when you recruited me!

Nice-to-know:
Men In Black II rilis di tahun yang sama dengan Spider-Man yaitu 2002. Kini sepuluh tahun kemudian, sekuelnya kembali rilis di tahun yang sama dengan reboot The Amazing Spider-Man.

Cast:
Will Smith sebagai Agent J
Tommy Lee Jones sebagai Agent K
Josh Brolin sebagai Young Agent K
Jemaine Clement sebagai Boris The Animal
Emma Thompson sebagai Agent O
Michael Stuhlbarg sebagai Griffin
Nicole Scherzinger sebagai Boris' Girlfriend

Director:
Merupakan feature film kesepuluh bagi Barry Sonnenfeld setelah terakhir RV (2006).

W For Words:
Men In Black harus diakui telah membawa terobosan sendiri dalam mengangkat tema alien yang biasanya thriller atau horror. Sutradara Barry Sonnenfeld melakukan mixing action comedy sci-fi dengan sangat baik melalui edisi 1997 yang dilanjutkan dengan 2002. Keduanya sukses meraup dollar dalam jumlah yang sangat besar dalam peredaran domestik maupun internasional. Kini skrip edisi ketiganya ditangani oleh kwartet Etan Cohen,David Koepp, Jeff Nathanson, Michael Soccio berdasarkan komik Lowell Cunningham. Pertanyaannya: “Apakah penonton masih antusias setelah satu dekade berlalu?”

Alien jahat Boris berhasil membunuh Agent K muda di tahun 1969 sekaligus mengubah wajah MIB dan dunia yang terancam bahaya. Agent J berinisiatif kembali ke hari sebelum partner abadinya itu tewas dengan bantuan alien cerdas bersahabat Griffin. Perbedaan masa tidak mudah dijalani terlebih Agent K muda samasekali tidak mengenali siapa Agent J sebenarnya. Agent J harus beradaptasi dan menunaikan misinya sesegera mungkin sebelum kehabisan waktu berharganya.

Time traveller. Suatu konsep tidak baru yang selama ini efektif dalam penceritaan sebuah film. Dua hal yang umum anda jumpai adalah perbedaan jaman dan penampilan tokoh utama yang berbeda 180 derajat. Nuansa retro tahun 1969 dihadirkan dengan cermat oleh sutradara Sonnenfeld dimana pada masa itu rasisme digambarkan masih kental. Sedangkan versi muda Agent K dihidupkan secara meyakinkan oleh Josh Brolin. Kelak anda akan lupa peran-peran doi sebelumnya karena ekpresi wajah datar dan bahasa tubuh kakunya yang superfine mengimitasi Tommy Lee Jones yang lebih senior.

Will Smith sendiri masih menghadirkan gaya flamboyan dengan aksi karikaturalnya yang dominan di sepanjang film termasuk saat melompat untuk menembus waktu. Michael Stuhlbarg berhasil menokohkan alien Griffin yang sangat loveable dengan kemampuannya membaca masa depan secara detail. Jemaine Clement tidak buruk sebagai alien antagonis bertangan satu yang entah mengapa penampakannya mengingatkan saya akan Hellboy, Boris The Animal memang tidak menyeramkan tapi cukup membuat anda geregetan. Jangan lupakan berbagai cameo “artis dunia” yang akan memancing tawa anda.

DOP Bill Pope, production designer Bo Welch, visual effects’ expert Ken Ralston dan Jay Redd serta creator makhluk asing Rick Baker sukses mengerjakan tugasnya masing-masing dalam menyuguhkan setting film yang believable. Sayangnya hal tersebut tidak dibarengi dengan konsep humor yang baik kalau tidak mau dibilang kering. Beberapa plot twist yang random pun sedikit mengesankan skrip yang tidak rapi, kerapkali bertentangan dengan logika jika mau ditelaah lebih jauh. Namun anda tidak perlu terlalu serius, nikmati saja hiburan blockbuster ringan ala buddies cop kontra alien ajaib di muka bumi!

Best part of MIB 3 jelas ada di opening dan endingnya. Masa grieving dan goodbye antara Agent J dan Agent K dibuat secara melankolis dan emosional sekaligus menegaskan hubungan macam apa yang berevolusi selama 15 tahun di antara mereka. Yes, Boys to Men in Black definitely needs a long process. Something that you should need to know to get the whole picture of life. Penyelamatan sempurna sebuah sekuel, setidaknya dari efek Neuralyzer yang akan membuat anda melupakan trilogi ini begitu saja. 

Durasi:
103 menit

Overall:
7.5 out of 10

Movie-meter:
 

Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent

Jumat, 25 Mei 2012

UDIN CARI ALAMAT PALSU : Impotensi Humor dan Siksaan Multi Karakter


Quotes:
Sinta: Kalo menurut skrip harusnya sekarang giliran Jojo
Jojo: Urang?
Sinta: Iya maneh.

Nice-to-know:
Film yang diproduksi oleh d’Color Films ini gala premierenya diselenggarakan di Hollywood XXI pada tanggal 22 Mei 2012.

Cast:
Udin Sedunia
Sinta
Jojo
Moymoy
Palaboy
Fransoa
Mike Lucock
Uli Auliani sebagai Debby
Joanna Alexandra
Adelia Rasya
Marcella Lumowa
Mpok Atik
Ronald Gustav
Vicky Nitinegoro

Director:
Merupakan film keempat bagi Chiska Doppert di tahun 2012 ini.

W For Words:
Youtube dapat dikatakan media yang tepat untuk mengeksploitasi diri atau kelompok sendiri secara mudah sekaligus menyebarkannya melalui jaringan internet secara luas. Syukur-syukur anda bisa terkenal seperti orang-orang “biasa” yang bermain dalam film ini. Adalah rumah produksi D’Color Films yang memiliki ide untuk memperkenalkan mereka kepada publik. Pertanyaannya apakah sudah didukung oleh skrip yang baik untuk bercerita setidaknya secara wajar? Duet penulis Herry B Arissa dan Bagus Nugroho akan coba menjawabnya.

Fransoa, produser bule yang bangkrut memiliki ide mengumpulkan orang-orang terkenal di Youtube untuk tampil di kafenya. Mereka adalah Udin Sedunia yang tinggal bersama emaknya di NTB, Sinta-Jojo yang mulai gerah dengan popularitas instan, Moymoy dan Palaboy dari Filipina yang kecopetan di Jakarta saat ingin bertemu kekasihnya Marimar yang dikenal lewat Facebook. Sekelumit kisah yang terjadi di sepanjang perjalanan akan menentukan nasib kesemua insan tersebut.

Lagi-lagi-lagi Chiska Doppert “kejar setoran” yang semakin terpuruk dari satu karya ke karya lainnya. Editingnya semakin buruk, entah karena keterbatasan bujet atau deadline sehingga tidak dilakukan dengan baik. Begitu banyaknya cameo yang terlibat dalam film ini tidak terfasilitasi secara memadai sehingga hanya memberikan kesan lalu lalang yang tidak bermanfaat samasekali, mungkin masing-masing dari mereka kelak akan menyesali keputusannya ini. Lupakanlah Mike Lucock dalam peran banci ‘gengges’, Joanna Alexandra dalam peran gadis ‘desperate’ jodoh atau Uli Auliani dalam peran wanita ‘tersakiti’ yang tampil dalam rambut pirang!

Duet perempuan Sinta dan Jojo mungkin yang paling repot karena harus berganti kostum belasan kali termasuk aksesorisnya mulai dari wig, kacamata, tas dsb. Mereka tidak tampak berakting melainkan menjadi dirinya sendiri lengkap dengan logat aslinya berjalan dari satu tempat ke tempat lainnya tanpa tujuan yang jelas. Duet lelaki Moymoy dan Palaboy sibuk beraksen Tagalog yang terjemahan bahasa Indonesianya agak diragukan karena tidak terstruktur dengan baik. Mereka seakan hanya berimprovisasi  dalam berdialog dan beradegan slapstick sekaligus tanpa juntrungan.

Udin yang menjadi titel film seharusnya mendapat bagian yang dominan. He is! Tapi sayangnya bukan dalam porsi yang manusiawi. Dari menit awal sampai akhir, anda akan menemukan seratus satu kesialan yang terjadi padanya mulai dari dijatuhkan dari pohon, dilumuri tai kebo, ditabrak mobil tiga kali, ditonjok, dilempar, dikafan sebagai pocong sampai diceburkan ke kali. Jika ada yang terlewat, mohon anda tambahkan. Terima kasih. Keseluruhan “insiden” itu tidak lantas membuat penonton bersimpati padanya melainkan prihatin, sebegitu inginkah main film hingga harus jalani siksaan sedemikian rupa?

Udin Cari Alamat Palsu mungkin hanya ingin mengekor Agent of Secret Stuff milik Wong Fu Production yang lebih dulu menampilkan Ryan Higa tapi jelas gagal total. Humornya terbilang impoten karena tidak berhasil membangunkan sisi humoris saya dan sebagian besar penonton yang menyaksikannya malam itu. Suguhan 82 menit ini tidak terasa seperti sebuah film panjang melainkan potongan videoklip yang disatukan secara random tanpa rajutan benang merah yang terarah. Departemen musik dengan hit-hit “artis” Youtube yang semestinya bisa menutupi kekurangan pun tidak terjamah samasekali. Yang tertinggal cuma penyiksaan terhadap intersepsi otak anda yang jauh lebih mahal daripada harga tiket.

Durasi:
82 menit

Overall:
6 out of 10

Movie-meter:

Kamis, 24 Mei 2012

KAKEK CANGKUL : Menggali Kreatifitas Tak Bertuan



Quotes:
Duta: Ya jelas beda lah. Kalo dia lecek dari atas sampe bawah..

Nice-to-know:
Film yang diproduksi oleh D’Color Films ini screeningnya dilangsungkan di  Hollywood XXI pada tanggal 1 Mei 2012.

Cast:
Herfiza Novianti sebagai Thalia
Rizky Mocil sebagai Coki
Zidni Adam sebagai Danu
Febriyanie Ferdzilla sebagai Miki
Zaky Zimah sebagai Duta
Yurike Prastica sebagai Mama Lela
Derry Drajat sebagai Pak Lurah
Posman Tobing

Director:
Merupakan film kedua bagi Nuri Dahlia.

W For Words:
Nenek Gayung yang mengangkat fenomena arwah penasaran yang beredar di masyarakat di luar dugaan mencatat sukses dengan perolehan lebih dari empat ratus ribu penonton hingga saat ini sejak rilisnya tepat sebulan lalu. Salah jika anda berpikir hal tersebut memicu kemunculan sekuelnya karena sejak awal Movie Eight dan Unlimited Production memang sudah merencanakan trilogi komedi horor yang akan ditutup oleh Nenek Pispot nanti. Epik bukan? Apalagi semua itu hanya membutuhkan biaya produksi yang tidak terlalu besar dengan keuntungan yang (diharapkan) berlipat-lipat. 
Duta yang tengah berjalan pulang ke kampung bersama ibunya bertemu empat sahabat Coki, Danu, Thalia dan Miki yang tengah menuju wisata arung jeram. Kelimanya bergabung dengan pemuda petualang bernama Jantan mengarungi arus liar yang tidak butuh lama membalikkan perahu. Jantan yang diyakini tidak selamat justru kembali, bersamaan dengan hantu kakek cangkul yang menuntut kuburannya sendiri. Bagaimana mereka berlima dapat mengatasi gangguan supernatural tersebut?

Adegan arung jeram dan camping di pembuka langsung mengingatkan saya pada sebuah segmen In The Middle milik Banjong Pisanthanakun dalam omnibus horor favorit sepanjang masa, 4BIA (2008). Demi apa Bono Sutisno (tak perlu saya sebutkan nama aslinya) memotong ide tersebut dan merekatkannya ke dalam benang merah sekuel trilogy horor komedi “inovatif” lokal ini? Penampilan Jantan bahkan dibuat sama persis dengan kaos merah dan make-up pucat. Interaksi konyol Duta, Danu, Coki, Thalia dan Miki yang pontang-panting berlarian di hutan dan masuk ke dalam tenda juga serupa. Gotcha!
Penampakan kakek cangkul itu sendiri tidaklah seefektif nenek gayung dalam menebar ketakutan dengan repetisi yang lebih minor. Beruntung suasana hutan sunyi berkabut di malam hari mampu menciptakan atmosfir menyeramkan sehingga tidak terlalu sulit bagi Nuri Dahlia membangun setting. Konsentrasinya tinggal bagaimana menciptakan chemistry di antara Zaky, Zidni, Rizky, Herfiza dan Febriyanie yang dominan menyita layar dengan lelucon-lelucon basi yang sebagian di antaranya masih cukup efektif. Penampilan Bolot, Yurike dan Derry yang komikal turut memberikan warna tersendiri.

Sebagai bagian dari “franchise”, Kakek Cangkul memang bukan film berkualitas buruk walaupun logikanya patut dipertanyakan. Bagian penutup yang mengingatkan anda pada film-film Nayato juga terkesan antiklimaks tanpa motif penyelesaian yang cukup jelas. Namun lagi-lagi saya ingin memperingatkan sineas tanah air siapapun itu, mohon tempatkan kreatifitas dan originalitas karya-karya anda di atas dasar apapun juga karena aspek itulah yang membuat anda dihargai. Next pispot, please..

Durasi:
76 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:

Rabu, 23 Mei 2012

BEL AMI : Multi Portrayal Drama Of George Duroy


Quotes:
Georges Duroy: You're married to Charles?
Madeleine Forestier: Of course. Charles has told me all about you.

Nice-to-know:
Marion Cotillard sempat menolak peran dalam film ini. Sama halnya dengan Nicole Kidman yang kesulitan menyesuaikan jadwal syutingnya.

Cast:
Robert Pattinson sebagai Georges Duroy
Christina Ricci sebagai Clotilde de Marelle
Uma Thurman sebagai Madeleine Forestier
Kristin Scott Thomas sebagai Virginie Walters
Holliday Grainger sebagai Suzanne Rousset
Natalia Tena sebagai Rachel
Colm Meaney sebagai Rousset

Director:
Merupakan feature film pertama bagi duet Declan Donnellan dan Nick Ormerod setelah film pendek, The Big Fish di tahun 1992.

W For Words:
Robert Pattinson tampaknya masih sulit melepaskan diri dari kesuksesan luar biasa Twilight Saga dimana karakter Edward Cullen sudah demikian melekat dengan namanya. Film yang diadaptasi dari novel ternama tahun 1885 milik Guy de Maupassant ini merupakan salah satu “jalan keluar” yang diharapkannya terlebih melalui karakter lebih dewasa yang memperlihatkan sisi emosional yang lebih dalam. Usaha yang patut dihargai meski belum cukup sempurna pada akhirnya.

Pemuda Perancis bernama George Duroy kembali dari wajib militer di Algeria untuk bekerja sebagai penulis kolom surat kabar terkemuka milik Charles Forestier. Haus kekuasaan mulai menghinggapi Duroy terlebih saat ia diperkenalkan kepada tiga wanita cantik berpengaruh di kotanya yaitu Madeleine Forestier, Madame Walter dan Clotilde de Marelle. Duroy yang karismatik mulai menggunakan pesonanya untuk memikat mereka demi keuntungannya tanpa mengindahkan perasaannya sendiri.

Terus terang, karakter George Duroy dapat dijadikan studi kasus yang menarik. Motif yang dimilikinya terasa blur disini. Apakah George berupaya meningkatkan statusnya dalam masyarakat demi kekuasaan? Uang? Atau bahkan ia cuma seorang sexual predator yang haus kehangatan sehingga berpindah pelukan dari satu wanita ke wanita lainnya? Sayangnya ketidakjelasan itu justru sulit membuat penonton bersimpati apalagi berpihak padanya.

Menarik melihat Kristin Scott Thomas begitu meyakinkan sebagai wanita paruh baya yang rapuh. Berbanding terbalik dengan Uma Thurman yang berapi-api dan penuh perhitungan. Sedangkan Christina Ricci menjiwai perannya sebagai istri kesepian yang mendambakan cinta. Jika harus saya analisa, tokoh tersebut terakhirlah yang paling mendekati “cinta” dari George Duroy. Interaksi Pattinson dengan ketiganya lah yang menarik disini dimana ia dituntut untuk senang, sedih, tertekan bahkan kesakitan dengan senyum misterius yang memikat dan tatapan dingin matanya yang nanar itu.

Terlepas dari setting Paris yang diambil, duet sutradara Donnellan dan Ormerod tidak mengharuskan aktor-aktrisnya beraksen Perancis. Sebuah kekurangan? Atau justru kelebihan karena bisa jadi tidak otentik lagi jika dipaksakan. Secara keseluruhan, Bel Ami hanya suguhan drama cinta seorang George Duroy belaka tanpa menghiraukan unsur politik yang sempat melingkupi bagian penutupnya. Nikmati saja penampilan para castnya yang cukup emosional itu dalam balutan atmosfir tempo dulu dan kostum yang memukau pada masanya itu. Tidak lebih!

Durasi:
102 menit

Overall:
7 out of 10

Movie-meter:

Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent

Kamis, 17 Mei 2012

THE SON OF NO ONE : Mislead Crime Thriller Without Direction

 
Tagline:
Serve. Protect. Lie. 

Nice-to-know:
Robert De Niro awalnya dicast sebagai Detective Stanford sebelum digantikan oleh Al Pacino.

Cast:
Al Pacino sebagai Detective Charles Stanford
Channing Tatum sebagai Jonathan White
James Ransone sebagai Officer Thomas Prudenti
Ray Liotta sebagai Captain Marion Mathers
Katie Holmes sebagai Kerry White

Director:
Merupakan film ketiga bagi Dito Montiel setelah Fighting (2009).

W For Words:
Dengan postur tinggi tegap besar tidak heran jika Channing Tatum kerapkali menjadi pilihan pertama produser/sutradara untuk peran tentara, polisi dan sejenisnya seperti yang dilakoninya dalam Dear John (2010) dan 21 Jump Street baru-baru ini. Tatum sendiri memerankan karakter Jonathan ‘Milk’ White dengan cukup baik, sosok polisi pemula yang menyimpan rahasia masa lalu sehingga hidupnya dirundung beban berat. Sayangnya interaksi dengan orang sekitarnya yang timbul tenggelam tidak cukup kuat untuk menyajikan konflik yang memadai.

Milk dan Vinny adalah dua bocah kulit putih dan hitam yang bersahabat di Precinct 118 dimana terjadi kasus pembunuhan yang tidak terpecahkan. Sayangnya 16 tahun kemudian, surat ancaman terus berdatangan meneror Milk yang telah bertransformasi menjadi petugas polisi Jonathan White yang bertandem dengan rekannya yang bermasalah, Thomas Prudenti di bawah arahan Kapten Marion Mathers. Jonathan harus menggali kembali ingatannya sebelum karir dan keutuhan keluarganya hancur berantakan.

Mengapa Katie Holmes terus menerus meluapkan kemarahan sebagai seorang istri bernama Kerry White? Bagaimana hidup Al Pacino yang seolah ‘tersembunyi’ selama belasan tahun sebagai Detektif Charles dengan segala kasus buka-tutupnya? Mengapa Ray Liotta bersikap sinis sebagai Kapten Marion dalam upanya menyingkap kenyataan? Apa motif Juliette Binoche sebagai wartawan Lauren Bridges mengangkat berita yang sudah usang bertahun-tahun silam? Semua itu dijawab sutradara Montiel dengan seribu satu “kemungkinan” yang muncul dalam benak penonton.

Montiel yang juga menulis skripnya justru sibuk bermain dengan dialog-dialog monoton dan perjalanan back and forth antara tahun 1986 dan 2002 yang melelahkan seakan penonton diajak bermimpi dan terbangun berulang kali. Flashy editing yang sama buruknya di sebagian besar film. Tokoh Vincent yang sebetulnya bisa menjadi karakter kunci malah seakan menjadi pelengkap belaka, padahal Tracy Morgan sendiri sudah cukup menggugah dalam penampilan minornya itu.

Premis yang sesungguhnya menarik itu pada akhirnya hanya mengambang saja karena pengembangan ide yang tidak memadai. Bukan hanya itu, kesemua aktor-aktris kaliber yang bermain disini seakan “under-used”. Padahal sebuah crime thriller yang baik wajib didukung oleh performa akting dan kompleksitas karakter yang kuat. Lubang yang menganga dimana-mana tidak sempat tertutupi lagi bahkan setelah adegan pamungkas berlalu. The Son Of No One merupakan film tak bertuan yang kehilangan arah dalam bercerita.

Durasi:
90 menit

U.S. Box Office:
$28,870 till Nov 2011

Overall:
6.5 out of 10

Movie-meter:
 
Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent